Thursday 26 January 2017

Modul Praktikum Pengkondisian Sinyal Forex

Laporan Praktikum Pengkondisian Sinyal Ukiew LAPORAN PRAKTIKUM Fiche de travail. Pengkondisi sinyal Tgl Penyerahan Laporan: 9 Janvier 2007 LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN PENGKONDISIAN SINYAL Dosen Pembimbing. Ignatius Riyadi Mardyanto, MT Disusun oleh. Lucky Ramadhani Saputra 06221042 Partenaire. Nama Nim. Ilhamdi 06221038 Iwan Husaeni 06221039 Kamalluloh 06221041 Lutfi Lukman N 06221043 M. Taufik Hidayat 06221044 M. Adam 06221045 Nurlinda Ali Rahman 06221046 TEKNIK KONVERSI ENERGI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2007 Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Modul Praktikum Zero Span Converter 1. Tujuan 1. Gamme de mesure et convertisseur zéro. II. Dasar Teori Sortie suatu tranduser jarang yang sesuai (match) dengan suatu pengkondisi sinyal, ADC, afficher kunputer atau. Misalnya suatu cellule de charge mempunyai sensitifitas 20 Volt lb. sedangkan tanpa beban sortie yang dihasilkan 18 mVolt, sementara panneau mètre numérique memerlukan pengubah 0,01 m Volt lb Atau ADC memerlukan sinyal 0 sampai 5 Volt, sementara sortie tranduser hanya sebesar 2,48 - 3,90 Volt. Rangkaian zéro et la portée pada percobaan ini memperlihatkan cara untuk mengatasi permasalahan seperti di atas. Dengan membuat sinyal linier melalui suatu span (pente) et zéro (perganalien dengan sumbu et pada koordinat kartesian) akan didapat paramètre-paramètre yang berhubungan dengan tegangan yang diinginkan. Span et zéro convertisseur dapat dibuat dengan menggunakan rangkaian penjumlah (l'été d'inversion), seperti tampak pada gambar-9.1. Convertisseur zéro nul. Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Hargüe Rf dipilih relatif, seingga perubahan sedikit pada Ri tidak akan membebani capteur, harga (nilai) Ri dapat dihitung, demikian pula nilai Ros dapat dihitung bila V dapat ditentukan. III. Alat dan Bahan 1. Kit praktikum 2. Osiloskop 3. Multimètre (2 buah) IV. ProblèmeProsedur Percobaan Diketahui suatu tranduser tempérament menghasilkan tegangan keluaran sebesar 2.48 V untuk kondisi temptation minimum de menghasilkan keluaran 3.90 V untuk kondisi temperatur maksimum. Keluaran tranduser akan dihubungkan dengan suatu Entrée ADC ADC 0 - 5 Volt. Buatlah suatu rangkaian span et zéro convertisseur untuk problem di atas. Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Modul Praktikum Tension au convertisseur de courant I. Tujuan 1. Mengetahui teknik pengubah sinyal tegangan ke arus dengan metoda. 1- charge flottante 2- charge mise à la terre 2. Mampu membuat pengubah sinyal tegangan ke arus II. Dasar Teori Pengiriman sinyal dalam bentuk tegangan menimbulkan banyak permasalahan. Tahanan seri antara keluaran pengkondisi sinyal dan beban bergantung pada jarak kabel yang digunakan, la température de bagustidaknya sambungan yang digunakan. Bahkan kebocoran, beberapa, mv, sepanjang, kabel, dapat, mengakibatkan, kesalahan, pengukuran Dengan menggunakan mode de transmisi arus diharapkan, beban dapat menerima semu informasi sinyal yang dikirimkan. Pengubahan sinyal tegangan ke aru dilakukan dengan dua cara, yaitu. 1. Charge flottante 2. Charge à la masse Figure 8-3 a. Rangkaian pengubah tegangan ke arus (charge flottante) b. Kurva karakteristik perancangan Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Arus yang lewat RS Catatan. Charge VRS IR e2 - e1 III. Alat dan Bahan 1. Kit praktikum 2. Multimètre (2) IV. ProblèmeProsedur Percobaan Diketahui suatu ADC entrée dengan ADC 0 - 5 Volt. Buatlah suatu rangkaian Convertisseur de tension au courant untuk problem di atas. Dengan sortie keluaran yang akan dihubungkan dengan Transmetteur dengan masukan arus (entrée) 4 - 20 mA. Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Modul Praktikum Pengubah Arus ke Tegangan I. Tujuan 1. Mempelajari teknik pengubah sinyal dari sinyal arus ke sinyal tegangan. 2. Mampu membuat pengubah sinyal arus ke tegangan. II. Dasar Teori Sekali sinyal arus dikirimkan pada suatu lokasi, sinyal dans le harus diubah menjadi tegangan. Biasanya alat-alat affichage atau enregistrement données mempunyai entrée dalam bentuk tegangan. Untuk pengiriman arus dalam bentuk charge mise à la terre, cara pengubahan ke tégangan adalah dengan mémasang suatu RL, seperti tampak pada Figure 9-6. Untuk pengaturan span et zéro disediakan Ie, U2, dan U3 sebagai tampon, mengisolasi RL dan Ri. Permasalahan yang ada pada teknik mise à la terre référence adalah bahwa arus terre yang harus dikembalikan antara émetteur dan récepteur sehingga akan menyebabkan drop tegangan. Perbédan potensial pada terre bisa beberapa volt. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan teknik charge flottante. Arus dikirim dan dikembalikan mélalui beban dengan dua kawat. Kenaikan atau penurunan akan terjadi pada kedoukawat sehingga pengaruhnya akan saling menghilangkan. Figure 9-7 memperlihatkan teknik ini. Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Yakinkan bahwa Rspan untuk mengantisipasi kesalahan pembebanan. III. Alat dan Bahan 1. Kit praktikum 2. Multimètre (2) IV. ProblèmeProsedur Percobaan Diketahui suatu Transmetteur dengan masukan arus (entrée) 4 - 20 mA. Buatlah suatu rangkaian courant au convertisseur de tension untuk problem di atas. Dengan sortie keluaran yang akan dihubung kan dengan redresseur dengan masukan tegangan (entrée) 0 - 5 Volt. Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal V. DONNÉES ANALISA Modul praktikum convertisseur de zéros Convertisseur zéro de karakteristik perangangan et convertisseur zéro Données Modul Praktikum Zero Span No V dans e en V sortie (V) Keterangan (V) (V) simulasi perhitungan praktikum 1 -2.473 2.48 0.02 0.02 3.4 2 -2,473 2,6 0,44 0,44 3,6 3 -2,473 2,8 1,14 1,14 3,8 4 -2,473 3,0 1,84 1,84 4 5 -2,473 3,3 2,89 2,89 4,4 6 -2,473 3,6 3,94 3,94 4,65 7 -2,473 3,94 4,99 4,99 4,95 Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Modul praktikum Convertisseur de tension au courant Kurva karakteristik perancangan Modules de données Tension de convertisseur de courant Tension à courant convertisseur No V dans e en sortie (mA) (V) (V) simulasi perhitungan praktikum Keterangan 1 -15 0 4,01 4,00 4,23 2 -15 1 7,04 7,20 6,92 3 -15 2 10,07 10,40 8,10 4 -15 3 13,11 13,60 10,47 5 -15 4 16,14 16,80 13,03 6 -15 5 19,17 20,00 15,40 Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Modul praktikum Convertisseur de courant en tension Kurva karakteristik perancangan Module de données Praktikum Convertisseur courant-tension Non I en V sortie (V) Keterangan (mA) simulasi perhitungan praktikum 1 4 0,1 0 0,26 Hasil 2 8 1,3 1,2 1,89 praktikum 3 12 2,5 2,4 3,61 bersumber 4 16 3,7 3,6 4,86 ​​Dari kelompok 5 20 4,9 4,8 lain Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal VI. PEMBAHASAN Seperti yang kita ketahui bahwa Pengkondisien sinyal bagian dari penyusun système pengendali dibawah ini akan dibahas secara umum. Sistem Kendali Lup Tertutup (Lengkap) Elemen Dasar Sistem Pengendalian Lup Tertutup: 1. Elemen Pengukuran Mengukur besarnya variabel yang akan dikendalikan (Y) menghasilkan sinyal hasil pengukuran (Ym) yang sebanding. 2. Elemen Pembanding Membandingkan apakah nilai paramètre proses yang dikendalikan (diwakili oleh Ym) sudah sesuai dengan nilai paramètre proses yang dikehendaki (diwakili oleh R). Hasil perbandingannya disebut sinyal kesalahanerror (e) yang dinyatakan dalam persamaan: e R Ym 3. Elemen Kendali Memutuskan langkah apa yang akan diambil berdasarcan informasi sinyal kesalahan (e) tersebut. Hasil keputusannya (O) diperoleh berdasarkan perhitungan - perhitungan tertentu dan hasilnya dikirimkan unité de ke koreksi untuk dilaksanakan. Elemen kendali menghitung besarnya koreksi yang diperlukan oleh unité koreksi. 4. Elemen Koreksi Menerjemahkan perintah dari unité kendali dan mélaksanakan perintah tersebut dalam bentuk aksi nyata (M) yang berpengaruh langsung terhadap perubahan nilai paramètre proses yang akan dikendalikan. 5. Elemen Proses Merupakan obyek dari suatu système pengendalian. Les props de la production sont les prosets de merupakan nilai de paramètre yang akan dikendalikan (Y). Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal Elemen Pengukuran terdiri dari dua elemen: 1. Elément de détection (capteur) Merupakan bagian yang pertama kali mendeteksi besarnya variabel proses (Y). Elemen ini akan menghasilkan sortie yang sebanding dengan variabel proses, akan tetapi belum tentu sesuai dengan format pengendali yang digunakan. 2. Émetteur Merupakan bagian yang berfungsi untuk mengolah sinyal sortie capteur menjadi sinyal yang cocok dengan format pengendali (Ym). Elemen Koreksi terdiri dari tiga elemen: 1. Pengkonversi sinyal 1n Memodifikasi sinyal keluaran pengendali agar format memiliki yang cocok bagi elemen penggerak (aktuator). 2n Terjadi penguatan joura danatau perubahan bentuk fisis sinyal. 2. Aktuator 1n Merupakan bagan yang mentranslasikan sinyal sortie pengkonversi sinyal menjadi suatu aksi nyata pada elemen kendali akhir. 3. Elemen Kendali akhir (élément de contrôle final) 1n Merupakan bagian yang mémiliki pengaruh langsung pada perubahan proxies variables (proses de la production). 2n Sortie dari elemen kendali akhir merupakan entrée dari proses yang dapat dimanipulasidiubah-ubah besarnya agar variable de processus (variable contrôlée) besarnya sama dengan point de consigne Kendala permasalahan dan Pemecahan masala pada saat praktikum 1 Komponen yang sudah rusak pada kit praktikum, sebelum praktikum sema komponen di Cek terlebih dahulu dan menganti menukar dengan kit praktikum yang lain. 2 Rangkaian yang kurang tepat, sebelum praktikum setelah pengecekan komponen, maka menyesuaikan rangkaian sesuai modul praktikum. 3 Alit penguin lain yang tidak sesuai (alimentation), mengganti dengan alimentation yang lain. Lucky Ramadhani Saputra06221042D3T. Konversi Energi LAPORAN PRAKTIKUM Fiche technique. Pengkondisi sinyal VII. Kesimpulan 1 Rangkaian zéro span merupakan eleven penguat, yang berfungsi sebagai penguat sinyal dari sebuah sensor untuk disampaikan ke elemen berikutnya agar Sortie suatu tranduser jarang yang sesuai (match) dengan suatu pengkondisi sinyal, ADC, affichage d'un ordinateur à l'aide de minima. 2 Tension de Rangkaian au convertisseur de courant merupakan elemen émetteur yang berfungsi untuk mengolah sinyal sortie capteur menjadi sinyal yang cocok dengan format pengendali (Ym). Pada praktikum ini Rangkaian tension au convertisseur actuel mengubah sinyal tegangan menjadi sinyal arus listrik. Pengiriman sinyal dalam bentuk tegangan menimbulkan banyak permasalahan, seperti. 1 Tahanan seri antara keluaran pengkondisi sinyal 2 Beban bergantung pada jarak kabel yang digunakan 3 Temperatur 4 Sambungan yang digunakan 5 Kebocoran tegangan walaupun beberapa mV sepanjang kabel Dengan menggunakan Rangkaian tension au convertisseur courant diharapkan, beban dapat menerima semua informasi sinyal yang dikirimkan. 1 Rangkaian courant au convertisseur de tension merupakan elemen Pengkonversi sinyal, yang berfungsi memodifikasi sinyal keluaran pengendali agar format memiliki yang cocok (tegangan) bagi elemen penerimanya (redresseur) yang biasanya berupa pengkondisi sinyal, ADC, écran atau ordinateur. 2 Dalam aplikasinya semua rangkaian memiliki gangguan baik dari komponen atau yang lainnya, yang menyebabkan transmisi sinyal kurang sesuai dengan yang diharapkan. VIII. Daftar Pustaka Gunterus, Frans. 1995. Falsafah dasar: sistem pengendalian proses. Jakarta: Erlangga. Mardiyanto, I. R. 2004. Fiche de travail Instrumentasi dan pengukuran. Bandung: Polban. Harjatmo, R. Agoeng. . Kuliah Pengaturan. Bandung: Polban. Lucky Ramadhani saputra06221042D3T. Konversi EnergiMODUL PRAKTIKUM PENGENDALIEN BAB I DASAR TEORI 1. Konsep Sistem Pengendalian Suatu Proses Instrumentasi merupakan dispositif atau peralatan yang digunakan untuk menunjang sebuah sistem dalam menjalankan proses tertentu untuk tujuan tertentu pula. Setiap kegiatan proses dalam sebuah système di industriel senantiasa membutuhkan peralatanperalatan otomatis untuk mengendalikan parameterparameter prosesnya. Otomatisasi tidak saja diperlukan demi kelancaran opéras, keamanan, ekonomi, maupun mutu produk, tetapi lebih mengutamakan pada kepentingan penggunaan manusia (utilisateur) sebagai kontrol manuel, kecepatan, kualitas, serta kuantitas yang dihasilkan dibandingkan dengan menggunakan manuel de contrôle manuel dalam hal ini manusia sebagai pengendali Dan pelaku keputusan. Hampir sema proses industriel dalam menjalankan proses produksinya membutuhkan système bantuan pengendali, contohnya pengendalian di suatu proses pengilangan minyak. Proses di suatu pengilangan minyak tidak mungkin dapat dijalankan tanpa bantouen fungsi système pengendalian. Ada banyak pengendalian yang harus dikendalikan di dalam suatu proses. Diantaranya yang paling umum, adalah tekanan (pression) didalam sebuah navire atau pipa, aliran (flux) didalam pipa, suhu (température) di unité proses seperti échangeur de chaleur, atau permukaan zat cair (niveau) disebuah tangki. Ada beberapa paramètre lain dilar keempat elemen diatas yang cukup penting juga dan juga perlu dikendalikan karena kebutuhan spesifik proses, diantaranya. PH, vitesse, berat, sebagainya de lain. Gabungan serta kerja alatalat pengendali otomatis itulah yang dinamai dengan sistem pengendalian proses (système de contrôle de proses). Sedangkan semua peralatan yang membentuk sistem pengendali disebut Instrumentasi pengendali proses (instrument de contrôle de processus). Dan sekarang tidak lagi memakai pe-ngendalian manuel kontrol tetapi masih tetap dipakai pada bidon aplikasi ter-tentu. Untuk itu, système d'exploitation de l'opérateur peran didalam système pengen-dalian manuel digantikan oleh sebuah alat yang disebut contrôleur. Tugas pelaksana keputusan (soupape de contrôle aksi) tidak lagi dilakukan oleh opérateur (manusia), tetapi atas perintah contrôleur yang operasinya dikendalikan oleh utilisateur. Untuk keperluan pengendalian otomatis, valvule harus dilengkapi dengan alat yang disebut actionneur, sehingga unit valve sekarang menjadi unité yang disebut contrôle valve. Semua peralatan pengendalian inilah (contrôleur de vanne de contrôle) yang disebut sebagai instrumentasi pengendali proses. Pengendalian pada umumnya menghendaki les proses berjalan dengan stabil. Proses yang stabil merupakan sebuah proses dimana besarnya point de consigne sama dengan besarnya meassurment variable, sehingga erreur sama dengan nol. Erreur yang sama dengan nol dans dapat mengakibatkan tidak adanya manipulé variabel untuk membuka atau menutup valve yang menjadikan sebuah proses yang berjalan secara kontinyu tanpa gangguan. Namun pada kenyatannya perubahan charge, kinerja mekanik instrument, point de consigne perubahan dan faktor faktor lain yang dapat mengakibatkan suatu proses tidak stabil. Dans le cadre d'un projet de construction d'un système pengendal, un contrôleur de gestion de l'eau est utilisé pour la surveillance de l'environnement et de l'environnement. Gambar. Diagram blok aliran proses Didalam pengendalien otomatis sesuatu yang perlu diketahui definis dari istilah istilahnya yaitu: Proses (Processus) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu. Entrée des props dapat bermacam macam, yang pasti ia merupakan besaran yang di manipulasi oleh élément de contrôle final atau valve de contrôle agar mesure variable sama dengan point de consigne. Entrée proses ini disebut juga variable manipulée. Variable contrôlée adalah besaran atau variabel yang dikendalikan. Besaran ini adalah diagramme kotak disebut juga sortie proses atau proses variable. Manipulée variable adalah entrée dari suatu proses yang dapat dimanipulasi atau diubahubah besarnya gélose procédé variable atau variable contrôlée besarnya sama dengan point de consigne. Distrubance adalah besaran lain, variable manipulée selain, yang dapat menyebabkan berubahnya variable contrôlée. Besaran ini lazim disebut charge. Sensing élément adalah bagian suatu ujung suatu système penguluran (système de mesure). Contoh élément de détection yang banyak dipakai misalnya thermocouple atau oriface plaque. Pada bagian dans le juga bisa disebut capteur atau élément primaire. Transmetteur adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal élément de détection, dan mengubah menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh contrôleur. Transduser adalah unité péngalih sinyal. Transmetteur dan transduser mem-punyai fungsi yang serupa, walaupun tidak sama benar. Transduser lebih bersifat umum, émetteur sedangkan lebih khusus dalam pemakaiannya dalam sistem pengukuran. Variable de mesure atau mesurée variable adalah sinyal yang keluar dari transmetteur. Besaran ini merupakan ceraman besaranya sinyal sistem pengukuran. Set point adalah besar variable de processus yang dikehendaki. Sebuah contrôleur akan selalu berusaha menyamakan variable contrôlée dengan point de consigne. Erreur adalah selisih antara point de consigne dikurangi variable mesurée. Erreur bisa négatif dan juga bisa positif. Bila point de consigne lebih besar dari variable mesurée maka erreur akan menjadi positif. Sebaliknya jika point de consigne lebih kecil dari variable mesurée maka error menjadi negatif. Contrôleur adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah pengendalian, yantu membandingkan point de consigne dengan variable de mesure, menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi yang sesuai dengan hasil perhitungan. Contrôleur sepenuhnya mengantikan peran manusia dalam mengendalikan sebuah proses. Unité de contrôle adalah bagian dari contrôleur yang menghitung besarnya koreksi yang diperlukan. Unité de contrôle d'entrée adalah error, dan outputnya adalah sinyal et yang keluar dari controller. Unité de contrôle memiliki fonction de transfert yang tergantung pada jenis controller. Output unité de commande adalah hasil penyesuaian matematik fonction de transfert dengan memasukkan nilai erreur sebagai d'entrée. Élément de contrôle final adalah bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian. Bagian ini berfungsi untuk mengubah mesureur variable dengan cara memanipulasi variable manipulée besarnya, contrôleur perintah berdasarkan. 2. Données Akusisi Pengendalian proses merupakan sebuah boucle aliran sinyal-sinyal dari masing-masing instrument pendukungnya. Sinyal sinyal yang mengalir melelui instrument ina membawa informasi berupa data-data sesuai dengan karakteristik instrumentnya. 2.1 Capteur Sondeur merupakan kompunen instrument yang terpenting dalam kinerjanya mensensing perubahan variabel dalam suatu proses yang données natinya yang diterima diteruskan ke komponen penguat sinyal. Sinsor dalam proses pengendalian ada banyak sekali, capteur keberadaan dalam proses pengendalian pada dasarnya dibedakan dalam: 1. Berdasarkan variabel yang di sensing a. Capteur suhu (LM35, NTC, Bimétal, Termocouple, dll) b. Pression du capteur (manomètre, orifice, dll) c. Débit du capteur (Oriface, débit d'Elektromagnetik, Turbin, dll) d. Niveau du capteur (capsule Dipragma, Potensio meter, dll) e. Capteur PH, Vikositas, Kelembapan, Intensitas cahaya dll 2. Berdasarkan dasar kerjanya a. Capteur Pneumatik b. Capteur Elektrik c. Capteur Hidrolik Sensal dalam proses pengendalian pada prinsipnya sama tidak ada yang lebih baik atau jelak, karena penggunaan capteur didasarkan pada proses yang terjadi dalam suatu système pengendalian. Contoh sensor de beberapa: 1. Capteur Suhu elektrik LM35 Capteur ini mendeteksi perubahan suhu dan dari perubahan tersebut ditransmisikan dalam bentuk tegangan. Gambar. Capteur Suhu LM35 2. Capteur pneumatik Débit à l'orifice de pression Capteur ini didasarkan pada perbédan tekanan antara masing-masing permukaan oriface. Conditionnement de signal Penguat sinyal Komponen Instrument inu merupakan komponent elektronika yang berfungsi Unguk menguatkan sina dari sensor agar cukup kuat untuk dapat dibaca oleh instrument selanjutnya. Gambar. Rangkaian penguat sinyal Dalam rangkaian penguat sinyal ini terdapat zéro dan span untuk melakukan pengesetan sinyal outputnya. IV dan VI Convertisseur Convertisseur ini adalah convertisseur yang berfungsi untuk mengkonversikan besaran sinyal etang berupa arus menjadi sinyal tegangan dan sebaliknya. Diperlukannya konverter jenis ini dikarenakan sinyal listrik yang digunakan sebagai sumber energi pada plante yang telah distandarkan menggunakan sinyal arus (4-20 mA), sedangakan sinyal sinyal yang dipakai oleh kontroller, dalam hal ini mikroprosesor pada komputer menggunakan sinyal-sinyal tegangan (0-5 V). Tension au convertisseur de courant (convertisseur de VI) Untuk mendapatkan konverter ini diperlukan suatu rangkaian yang menggunakan op-amp untuk menghasilkan hasil pengkonversian yang linéaire. Rangakaian Op-Amp yang menghasilkan fonggsi tersebut dapat dilihat pada Gambar. Analisa dari rangakaian menunjukkan hubungan dari arus dan tegangan sebagai berikut 8230 (2.13) dan dengan perbandingan resistansi 8230 (2.14) Gambar. RangkaianVI Convertisseur 3 Courant à Convertisseur de Tension (IV konverter) Gambar. Rangkaian IV Convertisseur 3 Agar sinyal yang dikeluarkan oleh émetteur dapat diolah oleh kontroller maka sinyal arus dari émetteur harus dirubah dulu menyadi sinyal tegangan. Rangkaian pada Gambar dapat memberikan pengkonversian tersebut. Dikarenakan analisa dari rangkaian tersebut la formule menghasilkan: 8230 (2.15) Pada setiap pengukuran selalu diperlukan pengkondisian sinyal, tergantung pemilihan jenis capteur de système secara keseluruhan. Karena sinyal dalam suatu proses kontrol tergantung dari spesifikasi yang dibutuhkan, maka diperlukan suatu petunjuk unum untuk merancang suatu pengkondisian sinyal, yaitu. (Paramètre de sortie, transfert de fungsi, réponse terhadap waktu, sortie de gamme), perangangan pengkondisian sinyal (sortie de paramètre, transfert de fungsi, réponse de terhadap waktu, sortie de gamme), peryangan pengkondisian sinyal , Sortie de gamme yang diperlukan, input de impedansi yang diperlukan, sortie d'impedansi) Pada perancangan ini kita membutuhkan suatu konverter yang akan merubah sinyal arus menjadi tegangan dan sebaliknya. Hal ini diperlukan karena IO dari kontroler adalah tegangan sedangkan IO élémen pendukung lainnya adalah arus listrik. Disini suatu sinyal yang non standar perlu distandarkan (4 20mA, 0 5V) dan dilinearkan. ADC (Convertisseur Analogique / Numérique) Pengubah analogique ke digital atau ADC (Convertisseur analogique / numérique), adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal analogique ke digital. Gambar ADC Métro pendekatan berturut-turut 2 Prinsip kerja rangkaian di atas adalah jika sinyal masukan mulai konversi dari unit kendali diberi logika 0, registre maka akan mereset sehingga keluaran Unité Vout DAC (Numérique vers Analogue) menjadi 0. Proses Konversi di awali dengan pengesetan bit paling berarti (MSB) enregistrer SAR unité de kendali. Selanjutnya données numériques dalam registre SAR dikonversikan ke analogue oleh unité pembanding. Bila Vout lebih besar dari Vin maka unité pembanding akan mengirim sinyal négatif ke unité kendali. Dengan sinyal negatif ini, unité kendali akan mereset bit paling berarti (MSB) registre SAR. Sebaliknya bila Vout lebih, kecil dari Vin, unité pembanding akan mengirim sinyal positif ke unit kendali. Dengan sinyal positif ini, unité de kendali akan tetap mengeset bit paling berarti (MSB). Pada pulsa horloge berikutnya unité kendali akan mengeset bit yang lebih rendeh yaitu bit ke 7 enregistrer SAR. Données kémudiennes dikonversikan oleh unité DAC, dan hasil konversi Vout dibandingkan dengan sinyal masukan Vin. Sinyal hasil perbandingan akan menentukan unité kendali untuk mengeset atau mereset registre SAR. Demikian seterusnya props ini berlangsung sampai nilai Vin sama dengan Vout. Apabila konversi telah selesai, unité kendali mengirim sinyal selesai konversi etang berlogika rendah. Tepi turun sinyal ini akan mengisikan données numériques yang ekuivalen dengan nilai Vin, ke dalam enregistrer penahan Gambar 2.13 Pin-pin ADC 0804 2 Pada sous bab ini akan dijelaskan mengenai spécification ADC, type dan interface. ADC Spécification Fungsi dari sebuah ADC adalah untuk menghasilkan sebuah sinyal numérique, dengan inputan tegangan analog. Pada dasarnya ADC adalah sama dengan DAC, akan tetapi pada ADC yang berhubungan dengan bilangan biner adalah sortie-nya keakurasien dan kelinieran dari ADC adalah sama halnya dengan yang dimiliki DAC. Hal yang dianggap penting dari ADC spécification adalah temps de conversion atau waktu pengkonversian. ADC Type Pada ADC in akan dijelaskan secara singkat tentang berbagai macam dan jenis komparator. une. Pararel komparator sebagai ADC b. Double pente ADC c. Codes de sortie AD Programmable Interface périphérique 8255 PPI 8255 dikemas dalam 40 broches double en ligne yang dirancang untuk mengin - terface bermacam-macam fungsi IO pada sistem mikroprosesor (CPU). Pada Gambar 2.13 diagramme de gambar d'adalah blok de dari PPI 8255. Pada gambar tersebut terlihat 2 kelompok yang disebut sebagai kelompok kendali (contrôle de groupe). (PC0 PC3) Port C Supérieur (PC4 PC7) Commande de groupe A (Port PC) Port de sortie (C) Port d'entrée Grup contrôle B mengendalikan port B dan port C inférieur, semua bagian dari PPI 8255 dihubungkan dengan données de bus interne melalui données de bus internes inilah dapat dikirimditerima data-data oleh setiap port. Fungsi Pin-broche pada 8255 Pada bagian ini akan menerangkan semua pin-broche yang terdapat pada PPI 8255 dan fungsi-fungsinya. Broche-broche 8255 ditunjukkan pada Gambar 2.14 Pince à épingles à épingles à épaulettes: D0 D7 (Jalur Data) Données numériques d'entrée de données PPI 8255, données de données relatives à dikirim melalui jalur ini. CS (Chip Select) CS aktif inférieur à 8255 siap berkomunikasi dengan CPU. RD (Lire) RD aktif low dengan CS, mka 8255 memungkinkan untuk mengirim données ke CPU sehingga dapat dikatakan processeur melakukan pembacaan données dari 8255. WR (Write) WR aktif bas dengan CS terlogika bas, maka 8255 memungkinkan menerima contrôle mot registre. A0 A1 Kombina kedua jalur alamat ini dapat menentukan pemilihan salah satu dari tiga port dan satu mot de contrôle registre. Réinitialiser Fungsi dari pin ini adalah untuk mereset PPI dengan PPI dengan sinyal élevé. Pada saat riset mot de contrôle regiter terhapus dan ketiga port set entrée de mode sebagai. Port A Port Un membre de 8 bits donne des informations sur la péninsule avant d'ouvrir une session et d'ouvrir une session. Dapat diprogramme sebagai masukan atau ke-luaran. Port B Port B mempunyai 8 bits données données sur les données de données sur les données 8 bit masukan dan keluaran, sama port dengan Un yang dapat diprogram sebagai masukan dan keluaran. Port C Mempunyai pengunci dan penyangga data 8 bits dan penyangga masukan tanpa pengunci, pintu ini menjadi 2 buah pintu yang masing-masing terdiri dari 4 bit, tiap pintu 4 bits mempunyai pengunci 4 bit dan dapat dipergunakan sebagai keluaran sinyal pengendali serta masukan sinyal status berkaitan (DAC) Le convertisseur analogique numérique (DAC) est un convertisseur analogique-numérique. DAC est une marque déposée de merubah et d'un yang berasal dari komputer menjadi besaran analogique yang dalam hal ini dipergunakan untuk menggerakkan aktuator. Convertisseur Digital ke Analogue mempunyai penggunaan yang berdiri sendiri, seperti digitaly contrôlée pilote d'affichage atau servo système de positionnement, tetapi penggunaannya yang utama adalah hubungan dengan rangkaian lain yang membu-tuhkan suatu konversi AD yang mempunyai ketetapan yang tinggi. Sampai batasan tertentu, suatu penampilan système AD ditentukan oleh penampilan dari convertisseur DA. Convertisseur Beberapa DA adalah: a. Source de courant pondérée b. R 2R Réseau d'échelle c. Temps de stabilisation DAC 0808 merupakan konverter numérique numérique 8 bits analogique monolitik dengan inputan TTL dan compatible CMOS yang memiliki waktu sebien sebesar 150 ns dengan konsumsi jour 33 mW pada catu joura 5 volts dengan tingkat keakurasian relatif adalah 0,19. Gambar 2.14 DAC 0808 National Semiconductor 2 DAC menerima informasi digital menstarnsformasikan menjadi tegangan analog. Inforasi numérique tersebut dalam bentuk bilangan biner dalam chiffre yang sesuai. Sebernarnya, ketika, dikoneksikan, dengan, komputer, bilangan, biner, dinamakan, kata, binaire, atau, kata, komputer. Sedangkan chiffre dinamakan bit. Maka dari itu 8 bits kata dalam bilangan biner memiliki 8 chiffres. Seperti 101101102. DA Conerter mengkonversi kata numérique menjadi tegangan analogique dengan skala sortie analogique jika seluruh bit adalah nol dan nilai maximum dari keseluruhan bit adalah satu. Hal ini dapat dinyatakan dalam sistim matematis bila bilangan biner dinyatakan dalam bilangan yang sangat kecil. Dalam hal ini keluaran daro DA Convertisseur dapat didefinisikan dengan persaman dengan menggunakan skala dari tegangan rferensi. Vout VR b1 2-2 bn 2-n (2.7) Dimana. Vout. Sortie analogique tegangan VR. Tegangan referensi b1 b2 bn. Kata biner n bit Vout minimum adalah nol dan maximal adalah determinasi dari ukuran kata biner karena keseluruhan ensemble bits menjadi satu dan pendekatan VR ekivalensi desimal sebagai penambahan bit dari bilangan. Oleh karena itu bilangan 4 bit V maximum: Vmax VR 2 -1 b2 2 2 bn 2 -2 8230. (2.8) Dan kata 8 bits mmpunyai nilai maximum: Vmax VR 2 -1 2 -2 2 -132 -4 2 -5 2 -6 2 -7 2 ​​-8 0,9961VR (2.9) Resolusi Konversi Resolusi konversi juga merupakan fungsi dari peu dari suatu kata, bit yang lebih banyak dengan perubahan yang lebih kecil pada sortie analogique dari perubahan satu bit dalam bilangan biner dengan resolusi yang Lebih tinggi. Kemungkinan perubahan terkecil adalah sebagai berikut: Vout VR 2 n (2.10) Dimana. Vout. Barrette de sortie perubahan VR. Tegangan eferensi n. Nomer dari kata bit Spesifikasi DAC Beberpa spesifikasi dari DAC yaitu diantaranya: 8211 Resolusi (Taille de pas) Resolusi ditentukan sebagai perubahan terkecil yang dapat terjadi pada keluaran analogue sebagai hasil dari perubahan pada masukan digital. Résolution adalah 1V, karena Vout tidak dapat berubah lébih kecil dari 1 V bila mengubah nilai digital. Resolusi selam sama dengan timbangan dari LSB dan juga diacu sebagai pas de taille, karena ia merupakan besarnya Vout yang berubah pada saat masukan numérique berubah dari 1 étape ke étape berikutnya. Keluaran dari sebuah compteur biner 4 bits menyediakan masukan untuk DAC. Selama compteur melalui siklus 16 tahap yang diatur oleh sinyal horloge, maka keluaran DAC merupakan sebuah gelombang escalier yang membentuk 1 V par étape. Bila contre la berada pada keadaan 1111, keluaran DAC berada pada nilai maksi-mumnya sebesar 15 V, yakni pada keluaran skala penuhnya. Bila siklus compteur kembali pada keadaan 0000, keluaran DAC kembali ke 0 V. Jadi resolusinya adalah 1 V. Hal etang perlu diperhatikan bahwa escalier mempunyai 16 niveau yang berhubungan dengan 16 tahap, tetapi hanya ada 15 étape atau lompatan antara niveau 0 V dan skala penuh . Jadi rumus umumnya adalah : Jumlah level adalah 2N Jumlah step adalah 2N 1 Jadi didapatkan bahwa resolution (step size) adalah sama dengan faktor proporsi dari hubungan masukan keluaran DAC. Keluaran analog k x masukan digital (2.11) dimana : k jumlah tegangan (atau arus) per step 8211 Persen Resolusi Walaupun resolusi dapat diekspresikan sebagai jumlah tegangan atau arus per step, akan dapat berguna apabila kita mengekspresikannya sebagai persen dari keluaran skala penuh. Jika keluaran skala penuh maksimum adalah 15 V ukuran step adalah 1 V, maka persen resolusinya adalah : resolusi x 100 .(2.12) x 100 6,67 Misalkan bila sebuah DAC 10 bit mempunyai ukuran step 10 mV. Untuk menentukan skala penuh dan persen resolusinya yaitu dengan cara : DAC 10 bit akan memberikan 210 8211 1 1023 step sebesar 10 mV Skala outputnya. 10 mV x 1023 10,23 mV dan resolusi x 100 0,1 Hal ini menggambarkan bahwa persen resolusi akan bertambah kecil bila jumlah dari bit masukan bertambah. Persen resolusi juga dapat dihitung dengan cara : resolusi x 100 (2.10) Untuk N bit jumlah stepnya adalah 2N 1. Jadi untuk contoh diatas kita dapatkan : resolusi x 100 x 100 0,1 Hal ini berarti bahwa jumlah bit menentukan persen resolusinya. Maka besar jumlah bitnya resolusinya makin kecil. 8211 8211 Akurasi Untuk menetapkan akurasi ada beberapa cara yang paling banyak dipergunakan adalah kesalahan skala penuh (full scale error) dan kesalahan linearitas (linearity error) yang biasanya diekspresikan sebagai persen dari keluaran skala penuh. Sebagai skala penuh adalah deviasi maksimal dari nilai idal DAC dan nilai idealnya dipresentasikan sebagai persen dari skala penuh. Berdasarkan perhitungan diatas yang mempunyai akurasi 0,01 F. S. Karena konverter mempunyai skala penuh maka diperoleh : 0,01 x 9,375 V 0,9375 mV. Hal ini berarti bahwa keluaran DAC pada setiap saat dapat menyimpang sebesar 0,9375 mV dari nilai yang diharapkan. DAC sederhana mempergunakan op amp amplifier penjumlah dengan binary weighted resitor. Kesalahan linearitas adalah deviasi maksimum dari ukuran step yang ideal. Beberapa DAC yang lebih mahal mempunyai kesalahan skala penuh dan kesalahan linieritas hingga serendah 0,001 FS. Umumnya DAC mempunyai akurasi dalam daerah 0,01 hingga 0,1 persen. sehingga kita perlu mengerti betapa pentingnya kompabilitas antara akurasi dan resolusi dari DAC. Sangat tidak logis kalau misalnya resolusi 1 sedangkan akurasinya 0,1 atau kebalikannya. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas sebuah DAC dengan suatu resolusi sebesar 1 persen dari keluaran skala penuh 10 V dapat menghasilkan tegangan keluaran analog dalam batasan 0,1 V dari tiap nilai yang dikehendaki, bila akurasinya sempurna. Tidak masuk akal bila mempunyai akurasi dengan ketepatan 0,01 dari skala penuh (1 mV) yang tentunya sangat mahal, bila resolusinya sudah membatasi nilai yang diinginkan ke 0,1 V. Hal yang sama berlaku untuk resolusi yang terlampau kecil (banyak bit) sedangkan akurasinya buruk. Hal ini berarti membuang bit masuk. Misalkan suatu DAC 8 bit mempunyai skala penuh dari 2 mV dan sebuah kesalahan skala penuh sebesr 0,5 FS. Untuk kemungkinan memperoleh daerah kerja keluaran untuk sebuah masukan 100000000 yaitu untuk ukuran step adalah 2 mA255 7,84 A. Karena 10000000 12810. maka keluaran ideal adalah 128 x 7,84 A 1004 A. Kesalahan yang terjadi dapat sebesar 0,5 x 2 mA 10 A. Jadi keluaran aktual dapat berkisar antara 994 hingga 1014 A. 3. Mode Controller Controller merupakan peralatan utama dalam pengendalian suatu variabel proses. Pada controller ini terjadi proses pengolahan sinyal input pengendalian dari transmitter. Controller akan membandingkan sinyal input dengan setting value yang kita kehendaki. Apabila sinyal input terlalu besar dari setting value yang diberikan maka controller akan berusaha memperkecilnya begitu pula sebaliknya. Besarnya koreksi dari kesalahan input tergantung dari mode controllernya. Mode controller tersebut terdiri dari mode proportional, mode integral, mode derivatif dan kombinasinya. Adapun macam dari aksi pengontrolannya, yaitu : Mode Kontroller ONOFF Aksi pengendalian dari controller ini hanya mempunyai dua kedudukan, maksimum atau minimum, tergantung dari variable terkontrolnya, apakah lebih besar atau lebih kecil dari set poin. Persamaanya adalah: m N1 jika e lt 0 m N2 Jika egt 0 dimana. m manipulated variable N1 harga maksimum dari m (ON) N2 harga minimum dari m (OFF) Pada gambar terlihat, jika error sering naik turun dengan cepat, maka fariabel termanipulasi (m) akan sering sekali berubah dari maksimum ke minimum atau sebaliknya, hal ini dalam prakteknya tidak diseukai, untuk itu pada pengendalian diberi gap. Mode Proportional ( P ) Controller Proportional ( P ) controller merupakan output yang sebanding dengan inputnya tergantung dari sensitivitasnya. Sensitivitasnya tergantung dari proportional band ( PB ), yaitu prosentase perubahan input yang dapat menghasilkan 100 perubahan output. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Mv Kc. e b Selanjutnya ditulis sebagai k yaitu gain controller Dimana. Mv output controller ( ) PB proportional Band ( ) e error ( ) b bias ( ) Mode Integral ( I ) Controller Pada proportional ( p ) controller selalu menghasilkan offset agar menghasilkan output. Jadi untuk menghilangkan offset tersebut dibutuhkan pengendali lain yang menghasilkan output lebih besar atau lebih kecil dari bias pada saat input ( error ) sama dengan nol. Pengendali yang memenuhi kriteria ini adalah pengendali integral ( I ) controller. Sifat dasar dari I controller yang dapat menghasilkan output pada saat input nol. Secara matematis persamaan integral controller dapat di tulis sebagai berikut : Mv Gc b Dimana. Mv output controller ( ) Ti integral time e error ( ) Gc gain b bias ( ) Mode Proportional plus Integral ( PI ) Controller Proportional Integral controller digunakan dalam aksi pengendalian untuk menghilangkan offset yang terjadi pada pengendalian proportional. Offset perlu dihilangkan karena untuk pengendalian besaran fisis yang harus konstan, dan berenergi cukup besar akan sangat berbahaya. Disamping itu karena sifat pengendali integral yang tidak mengeluarkan output sebelum selang waktu tertentu. Pengendali integral juga memperlambat respon. Oleh karena itu, umumnya pengendali integral dipasang paralel dengan pengendali proportional, sihingga dikenal dengan pengendali PI ( PI Controller ). Secara matematis persamaan PI controller dapat ditulis sebagai berikut : Mv Kc ( e ) b Dimana. Mv output controller ( ) Ti time integral e error ( ) b bias ( ) Time integral merupakan faktor terpenting dalam PI controller terutama dalam masalah kalibrasi controller. Time integral didefinisikan sebagai waktu yang dikehendaki dari integral action, sehingga sama dengan output proportional controller dalam mengikuti error sebagai fungsi step. Dengan demikian time integral yang tepat dapat digunakan sebagai kalibrasi PI controller. Mode Derivatif ( D ) Controller Pengendalian ini merupakan pengendalian yang dapat mengeluarkan output di saat saat awal, hal ini menyebabkan pengendali D sangat cocok untuk mengendalikan proses variabel temperatur, sebab dapat bereaksi secara cepat terhadap perubahan input. Secara matematis pengendali ini dapat ditulis sebagai berikut : Mv Kc Td b Dimana. Mv output controller ( ) Kc gain Td Time Differential b bias ( ) Pengendali D controller tidak pernah dipakai pada proses variabel yang bergelombang ( bernoise ) seperti pengendali level dan flow. Sinyal yang keluar dari kedua proses variabel ini biasanya mengandung gelombang yang oleh pengendali D akan dideferensialkan menjadi pulsa-pulsa yang tidak beraturan, hal ini akan mengakibatkan kerusakkan pada peralatan mekanik yang digunakan. Mode Proportional plus Differential ( PD ) Controller Pengendali differential tidak pernah dipakai ssndirian karena sifatnya yang hanya mengeluarkan output bila ada perubahan input. Maka dari itu pengendali D dapat dipasang paralel dengan pengendali proportional. Jenis pengendali ini biasanya disebut dengan pengendali PD. Secara matematis pengendali PD dapat dinyatakan sebagai berikut : Mv Kc ( e Td ) b Dimana. Mv output controller ( ) Kc gain Td Time Differential e error ( ) b bias ( ) Mode Proportional Integral Differential ( PID ) Controller Untuk menutup semua kekurangan dari pengendali PI dan PD maka ketiga mode yang digabungkan menjadi pengendali PID. Unsur P, I dan D masing-masing berguna untuk mempercepat reaksi sistem, menghilangkan offset dan mendapatkan energi ekstra pada saat awal perubahan lood. Namun kesemua kelebihan pada pengendali PID ini tidak dapat digunakan untuk pengendali proses yang tidak mengandung noise. Secara matematis pengendali ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Mv Kc ( e Td ) b Dimana. Mv output Td Time Differential Kc gain Ti Time Integral b bias E PV 8211 SV e error E SV PV Dari semua tipe pengendali yang telah dibahas di atas terdapat beberapa hal penting yang perlu dingat, diantaranya adalah : 1. PB yang kecil akan membuat pengendali menjadi sensitif dan cenderung membawa loop berosilasi, sedangakan untuk PB besar akan meninggalkan offset yang besar juga. 2. Ti yang kecil bermanfaat untuk menghilangkan offset, tetapi dapat membawa sistem menjadi lebih sensitif dan lebih mudah berosilasi, sedangkan Ti yang besar belum tentu efektif dan juga cenderung membuat respon menjadi lambat. 3. Td yang besar akan menjadikan respon cenderung cepat, sedangkan Td yang kurang memberikan nilai ekstra disaat-saat awal. Gambar 3.5. Kurva reaksi dari kontroler P, PI dan PID 2.1 Praktikum Pengendalian Mode ONOFF dengan Controller Mikroprosesor Asisten. S Sari Ardiarti 2403.030.005 Pengendali ONOFF dapat bekerja hanya pada dua posisi yitu ON dan OFF atau maksimum dan minimum. Kerja pengendalian ONOFF seringkali didapat dengan memanfaatkan dead band suatu proess switch, dead band disini dapat dipakai untuk menggambarkan suatu keadaan dan menyatakan jarak setting. Pengendali on-off dapat digunakan apabila proses memang tidak dapat mentolerir fluktuasi process variable pada batas-batas kerja pengendalian on-off. Peralatan yang digunakan: 1. 1 set simulasi pengendalian ONOFF dengan variabel control temperatur. 2. Termometer digital 3. Multimeter digital 4. Air dan tempatnya Metode pelaksanaan praktikum 1. Aturlah peralatan sesuai dengan gambar. 2. Aktifkan controller dan beri nilai pada set poin 3. Start controller dan amati loop proses yang terjadi. 4. Amati dan catat perubahan suhu pada termometer digital 5. Amati dan catat perubahan meassurment variabel pada controller 6. Amati dan catat perubahan error pada controoler 7. Amati dan catat kondisi kontroller ON atau OFF. 8. Aturan tambahan dari asisten. 2.2 Praktikum Pengendalian Mode PID dengan controller SLCD Asisten. Aulia Rakhman 2403.030.009 Pengendali PID merupakan gabungan dari pengendali PI dan PD. Pengendali ini banyak dipakai hampir di semua sistem pengendalian proses. Unsur P, I dan D masing-masing berguna untuk mempercepat reaksi sistem, menghilangkan offset dan mendapatkan energi ekstra pada saat awal perubahan load. Namun kesemua kelebihan pada pengendali PID ini tidak dapat digunakan untuk pengendali proses yang tidak mengandung noise. Peralatan yang digunakan: 1. 1 set controller elektrik SLCD 2. Mini plan Workshop Instrumentasi 3. Multimeter digital 4. Power supply 5. Stavolt 6. Tool post Metode pelaksanaan praktikum 1. Mengatur peralatan sesuai petunjuk asisten 2. Mengaktifkan controller dan plan 3. Mengatur controller dalam kondisi manual 4. Mengatur nilai SV, PV. MV bias, PB dan Ti sesuai petunjuk asisten 5. Aksi direct atau reverse di A 6. Mencatat untuk. Direct 100, Reverse 0 7. Dari hasil percobaan dengan PB (Sesuai petunjuk Asisten), catat data yang diperoleh yaitu : 1. Hasil percobaan Proportional Controller PB SV PV Direct Reserve e MV e MV Ukur Hitung Ukur Hitung 2. Hasil Percobaan Proportional Integral Controller Ti SV PV t (menit, detik,1100 detik ) MV Hitung PB50 PB100 PB200 PB50 PB100 PB200 10 50 50 8211 8211 8211 8211 8211 8211 2.3 Praktikum Pengendalian Mode PID dengan controller PC Asisten. Novan Danis 2403.030.013 Pengendali PID merupakan gabungan dari pengendali PI dan PD. Pengendali ini banyak dipakai hampir di semua sistem pengendalian proses. Unsur P, I dan D masing-masing berguna untuk mempercepat reaksi sistem, menghilangkan offset dan mendapatkan energi ekstra pada saat awal perubahan load. Namun kesemua kelebihan pada pengendali PID ini tidak dapat digunakan untuk pengendali proses yang tidak mengandung noise. Peralatan yang digunakan: 1. 1 Personal komputer beserta PPI8255 2. Mini plan Workshop Instrumentasi 3. Rangkaian ADCDAC 4. Rangkaian I to V V to I 5. Multimeter digital 6. Power supplay 7. Stavolt 8. Tool post Metode pelaksanaan praktikum 1. Mengatur peralatan sesuai dengan petunjuk asisten 2. Mengaktifkan komputer dan software yang disediakan 3. Mengaktifkan rangkaian elektronika yang telah disediakan 4. Menjalankan loop pengendalian 5. Amati dan catat perubahan variabel : a. Meassurement variable b. Manipulated variabel c. Error d. Proses variabel


No comments:

Post a Comment